Minggu, 19 Oktober 2008

Gunung Tangkuban Perahu Terakhir Meletus 1910

gunung Tangkuban Perahu di Lembang, Bandung, Jawa Barat dinaikkan statusnya menjadi siaga. Aktivitas gunung meningkat. Sebelumnya, gunung kesohor ini terakhir meletus pada 1910.

Data dari Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, telah terjadi 100 kali gempa vulkanik dangkal dan vulkanik dalam di gunung ini pada hari ini. Gempa ini berkekuatan sekitar 2 SR. Dalam status normal, gempa vulkanik dan vulkanik dalam hanya berkisar 2-7 kali.

Kini, daerah wisata favorit di Bandung Utara ini ditutup. Para wisatawan dilarang masuk. Meski gempa masih berukuran kecil, namun yang dikhawatirkan kawah-kawah yang berada di gunung ini akan menyemburkan gas beracun.

Gunung ini terletak sekitar 30 km utara Bandung, ibu kota Provinsi Jawa Barat, daerah perbatasan dengan Kabupaten Subang. Gunung berbentuk seperti trapesium terpancung, atau yang dikenal secara populer digambarkan berbentuk perahu terbalik, itu adalah salah satu gunung berapi aktif di Jabar.

Tangkuban Perahu termasuk gunung berapi tipe A. Artinya, gunung ini pernah meletus dalam 400 tahun terakhir, sehingga memerlukan pengawasan yang terus menerus. Tinggi gunung ini mencapai 2.084 meter di atas permukaan laut (dpl).

Berdasarkan sejumlah catatan, Tangkuban Perahu mengalami erupsi pada 4-7 April 1829. Saat itu, letusan abu secara terus-menerus berasal dari pusat erupsi Kawah Ratu dan Kawah samping Domas. Lalu pada tahun 1846 terjadi erupsi dalam Kawah Ratu. Tahun 1896 terjadi letusan freatic, dan terbentuknya Kawah Baru. Terakhir, tahun 1910 terjadi letusan dalam Kawah Ratu, menghasilkan skorea dan abu.

Di abad 18, Gunung Tangkuban Perahu ini memuntahkan sejumlah besar material lepas, mirip dengan aliran lumpur, ke arah barat daya. Saking banyaknya, muntahan ini sanggup menutup lembah Citarum dan membendung aliran sungainya. Akibatnya, terbentuklah sebuah danau di ketinggian 720 m dari permukaan laut yang sebesar Danau Toba di Sumatra Utara. Bentangannya mencapai 50 km dari Timur ke Barat, dan 30 km dari Utara ke Selatan. Seluruh area pada bagian selatan kota Bandung kini terendam air. Dan tepian bekas danau tua ini masih dapat dilihat hingga kini.

Banyaknya letusan yang terjadi dalam kurun waktu 1,5 abad itu, tak heran bila ada banyak kawah di gunung ini. Beberapa kawah memunculkan bau asap belerang, bahkan ada kawah yang dilarang dituruni karena bau asapnya mengandung racun.

Setidaknya, ada sembilan kawah di gunung ini, yaitu Kawah Ratu, Upas, Domas, Baru, Jurig, Badak, Jarian, Siluman, dan Pangguyangan Badak. Kendati kawah-kawah ini terlihat masih aman, sejak tahun 1985 perkembangannya terus dicermati dari Pos Pengamatan di Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung.

Di Jawa Barat, sebenarnya bukan hanya gunung Tangkuban Perahu yang merupakan gunung api bertipe A. Ada enam gunung lainnya, yaitu Gunung Salak, Gunung Gede, Gunung Guntur, Gunung Papandayan, Gunung Galunggung, dan Gunung Ciremai.

"Artinya gunung-gunung bisa meletus kapan saja. Memang, dibandingkan provinsi lain di Pulau Jawa, potensi bencana alam di Jabar sangat tinggi dan tidak hanya terkait dengan potensi bencana gunung api. Bencana alam lain seperti longsor, banjir, gempa, dan lain-lain sangat riskan menimpa wilayah Jabar," papar Kepala Sub Direktorat Mitigasi Bencana Geologi Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (DVMBG) Dr. Ir. Surono beberapa waktu lampau.

Tidak ada komentar: